Sabtu, 30 April 2016

Kurtilas (Kurikulum 2013)



Kurikulum 2013?
Bagi orang yang berada di dunia pendidikan mungkin kurikulum ini sudah gak asing lagi. Tapi, mungkin juga sebagian orang masih memandang kurikulum ini sebelah mata. Belum siap lah, berat lah, sulit lah, kurang ini, kurang itu, dan banyak ocehan yang lain.
Nah, berhubung saya baru saja mendapat pencerahan mengenai kurikulum ini oleh dosen yang luar biasa dalam mem-persuasi mahasiswanya, maka saya akan sedikit berbagi pengetahuan tentang kurikulum ini.

Pertama-tama, muncul pertanyaan, kenapa sih harus kurikulum 2013? Kenapa tidak melanjutkan KTSP 2006 saja?
Sebagai implementasi dari undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) th 2005. Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Jelas telah diterangkan tentang tujuan pendidikan disana.

Mari kita amati pada KTSP, KTSP belum mencakup semua aspek yang diinginkan oleh tujuan pendidikan nasional, kenapa? Karena KTSP hanya menampilkan aspek kognitif atau pengetahuan, dengan mengesampingkan aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan), akibatnya banyak lulusan yang mengerti secara pengetahuan namun tidak memiliki keterampilan dan sikap yang bagus. Kemudian, sebagai tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan ini maka disusunlah kurikulum 2013, dimana kurikulum ini dibuat agar mampu mewadahi tujuan pendidikan nasional yaitu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Mana buktinya kalo k13 sudah memenuhi ketiga aspek itu? Mari kita lihat, pada k13 terdapat KI atau kompetensi inti yang merupakan formulasi dari 3 aspek itu.
Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini.
1.      Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2.      Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3.      Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4.      Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Dari kompetensi inti tersebut, baru lah dijabarkan dalam kompetensi dasar (KD).

Kurikulum adalah seperangkat aturan yang menjadi pedoman untuk melaksanakan pembelajaran, yang meliputi:
1.         Tujuan
2.         Bahan ajar atau materi
3.         Metode
4.         Evaluasi.

Metode pembelajaran yang digunakan pada k13 ini adalah scientific approach, adalah proses pendekatan yang meliputi 5 domain yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis, dan mengkomunikasikan. 5 domain ini seharusnya mampu mewakili 3 aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor).
Selanjutnya evaluasi, evaluasi autentik merupakan evaluasi yang jelas mengenai apa yang akan dinilai. Evaluasi mencakup 3 aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. 

Dari sini jelas terlihat bahwa maksud disusunnya k13 adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, memperbaiki sistem pendidikan sebelumnya.

Kata pak Dosen begini: “Coba kita hitung, pada tahun 2015 penduduk Indonesia ada sekitar 252.370.792 jiwa. Jika pertumbuhan seperti ini terus menerus, maka pada tahun 2045 atau 30 tahun mendatang, penduduk Indonesia sekitar 450.000.000 jiwa, dan penduduk dunia sekitar 8,59 miliar. Bayangkan, Indonesia menyumbangkan SDM yang sangat banyak bahkan mendominasi jumlah keseluruhan penduduk dunia. Jika kita terus terpuruk hanya dengan kemampuan kognitif saja, maka sudah dapat diramalkan dengan adanya MEA (masyarakat ekonomi Asia) penduduk Indonesia akan tergerus oleh kekuatan dari Negara-negara lain, kita akan menjadi budak di rumah sendiri. Dengan adanya k13 yang tidak hanya mengangkat aspek pengetahuan saja, tetapi aspek sikap dan keterampilan juga, maka akan tercipta anak Indonesia yang terampil dan berkemampuan. Dengan begitu, SDM yang sangat banyak dari Indonesia akan mampu mendominasi bahkan menguasai perekonomian dunia, bahkan tidak hanya pada sector ekonomi, tetapi pada banyak sector lain juga.”

Gimana? Keren kan ya k13 itu :)

Memang sih, bukan hanya kurikulum yang berperan dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, tetapi kurikulum merupakan suatu pedoman, yang dengannya akan berjalan proses pendidikan. Jadi, disini kurikulum memegang peranan yang sangat penting.
Kalo boleh dikatakan, kurikulum adalah suatu alat transportasi yang akan mengantarkan penumpangnya pada tujuan.

Pada k13, proporsi antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik berbeda-beda pada tiap tingkatan. Pada SD, afektif tertinggi, baru kemudian disusul dengan psikomotorik lalu kognitif, maka tingkatan SMP adalah kebalikannya, pada tingkatan SMA cenderung seimbang, dan pada tingkat universitas kebalikan dari SD. Mengapa demikian? Menurut hasil penelitian, masa SD adalah masa terbaik dalam pembentukan sikap, dan masa mahasiswa adalah masa dimana sikap telah terbentuk sehingga tepat untuk mengembangkan aspek kognitif lebih banyak. Maka angkatan saya yang sekarang ini adalah produk dari KTSP yang berlawanan dengan k13. Coba saja amati, siswa SD membawa banyak sekali buku setiap berangkat sekolah, sedangkan mahasiswa bahkan hanya membawa 1 buah buku saja, itu pun untuk perkuliahan selama 1 semester. Ini yang perlu kita cermati dan kaji ulang sehingga dapat diperbaiki dan memperbaiki pola pikir kita, baik itu sebagai agen pendidikan atau pun masyarakat umum.

Lalu? Bagaimana pendapat anda sekarang tentang k13? Menarik bukan?
Semoga bermanfaat. Aminn.

Sahabat? Apa sih sebenernya sahabat itu?



Ini sih berdasarkan pengalaman pribadi penulis aja ya. Sahabat itu nggak bisa didefinisikan sebenarnya. Gak perlu kriteria. Kalo kata temen-temen kelasku sih “make a sreg”. Ya se sregnya aja.
Tapi buat aku, ada temen yang bisa dikatakan sahabat, ada juga temen yang sekedar temen, tapi ada juga yang keliatannya sahabat tapi sebenarnya tidak bisa disebut sahabat. Lantas, bagaimana sahabat itu sebenarnya?
Sahabat itu adalah seseorang yang tidak hanya ada disaat senang, tapi akan selalu ada di setiap saat. Sahabat itu bukan seseorang yang pergi ketika sahabatnya berbuat salah, tapi yang bersedia memaafkan dan tetap berdiri di tempat yang sama sebagai tempat kembali. Seseorang yang tetap berdiri di tempat yang sama untuk terus saling mendukung dan saling mengingatkan. Sahabat mungkin pernah berbuat salah, tapi bukan tugas seorang yang dikatakan sahabat untuk men-judge, dan mengumbar rahasianya kepada orang lain, tapi bagaimana pun dia melakukan kesalahan, tugas sahabat adalah tetap menyimpan aib nya se-rapi mungkin. Dia adalah seseorang yang masih mau mendengarkan meskipun dia juga sedang butuh didengarkan. Dia bukan seorang yang sempurna, tapi jika bersamanya, kita akan saling melengkapi lalu menjadi sempurna. Sahabat nggak digambarkan dengan pakaian couple atau kemana-mana selalu bersama, tak harus selalu kemana-mana bersama, tapi dia selalu ada, kayak bintang, nggak selalu kelihatan, tapi pasti ada. Sahabat itu ketika kita berada di titik terendah, dia mampu membangkitkan kembali. Dia bukan seseorang yang pergi ketika menemukan yang baru, layaknya  peribahasa "habis manis sepah dibuang". Sahabat itu bukan sekedar “tau” tentang kita, tapi “mengerti” tentang kita. Mungkin aku memang bukan sahabat yang baik, tetapi aku punya sahabat yang sangat baik.
Dulu, aku selalu takut untuk mengatakan “dia sahabatku” karena ketika aku mengatakan begitu, aku takut akan kehilangannya. Aku pernah beberapa kali percaya dan menganggap seseorang sebagai sahabatku, tapi ternyata mereka tidak memiliki anggapan yang sama kepadaku, lalu kepercayaan tersebut disalahgunakan, dan kemudian aku kehilangan. Tapi itu bukan alasan untuk berhenti percaya kepada orang lain. Hanya saja itu menjadi sebuah pelajaran, bahwa meletakkan kepercayaan harus berhati-hati. Dan ketika saat ini seseorang meletakkan kepercayaannya padaku, aku akan berbagi, aku juga meletakkan kepercayaan padanya. Itulah sahabat.

Sabtu, 23 April 2016

Memilih, Haruskah??



Kenapa sih hidup itu harus memilih? Maju atau mundur? Iya atau nggak? Baik atau buruk? A atau B? hitam atau putih? Kanan atau kiri? Kenapa gak ditetapkan aja semuanya? Kenapa harus ada perasaan ragu? Kenapa ada perasaan bimbang? Kenapa keyakinan bisa patah oleh ocehan-ocehan yang tidak bertanggung jawab? Kenapa bingung? Apa sih artinya? Kenapa kepercayaan seringkali disia-siakan? Lantas, dalam situasi seperti ini, apa yang harus dilakukan? Mana yang harus dipilih? Siapa yang harus dipercaya?

Ya tentu kita harus memilih, karena HIDUP MEMANG ADALAH PILIHAN. Kita adalah manusia yang diciptakan sangat sempurna oleh Allah SWT, makanya kita harus berbeda dengan yang lainnya. Jika memang hidup ditakdirkan lurus-lurus saja tanpa memilih, lantas apa bedanya kita dengan hewan yang lain? Kita dibekali dengan akal pikiran, agar kita berbeda. Masalah pilihan itu salah atau benar, baik atau buruk itu masalah belakangan, setidaknya kita sudah mengusahakan yang terbaik.