Ini sih
berdasarkan pengalaman pribadi penulis aja ya. Sahabat itu nggak bisa
didefinisikan sebenarnya. Gak perlu kriteria. Kalo kata temen-temen kelasku sih
“make a sreg”. Ya se sregnya aja.
Tapi buat
aku, ada temen yang bisa dikatakan sahabat, ada juga temen yang sekedar temen,
tapi ada juga yang keliatannya sahabat tapi sebenarnya tidak bisa disebut
sahabat. Lantas, bagaimana sahabat itu sebenarnya?
Sahabat itu
adalah seseorang yang tidak hanya ada disaat senang, tapi akan selalu ada di setiap
saat. Sahabat itu bukan seseorang yang pergi ketika sahabatnya berbuat salah,
tapi yang bersedia memaafkan dan tetap berdiri di tempat yang sama sebagai
tempat kembali. Seseorang yang tetap berdiri di tempat yang sama untuk terus
saling mendukung dan saling mengingatkan. Sahabat mungkin pernah berbuat salah, tapi bukan tugas seorang yang dikatakan sahabat untuk men-judge, dan mengumbar rahasianya kepada orang lain, tapi bagaimana pun dia melakukan kesalahan, tugas sahabat adalah tetap menyimpan aib nya se-rapi mungkin. Dia adalah seseorang yang masih mau mendengarkan
meskipun dia juga sedang butuh didengarkan. Dia bukan seorang yang sempurna,
tapi jika bersamanya, kita akan saling melengkapi lalu menjadi sempurna. Sahabat
nggak digambarkan dengan pakaian couple
atau kemana-mana selalu bersama, tak harus selalu kemana-mana bersama, tapi dia
selalu ada, kayak bintang, nggak selalu kelihatan, tapi pasti ada. Sahabat itu
ketika kita berada di titik terendah, dia mampu membangkitkan kembali. Dia bukan seseorang yang pergi ketika menemukan yang baru, layaknya peribahasa "habis manis sepah dibuang". Sahabat itu
bukan sekedar “tau” tentang kita, tapi “mengerti” tentang kita. Mungkin aku memang
bukan sahabat yang baik, tetapi aku punya sahabat yang sangat baik.
Dulu, aku
selalu takut untuk mengatakan “dia sahabatku” karena ketika aku mengatakan
begitu, aku takut akan kehilangannya. Aku pernah beberapa kali percaya dan
menganggap seseorang sebagai sahabatku, tapi ternyata mereka tidak memiliki
anggapan yang sama kepadaku, lalu kepercayaan tersebut disalahgunakan, dan
kemudian aku kehilangan. Tapi itu bukan alasan untuk berhenti percaya kepada
orang lain. Hanya saja itu menjadi sebuah pelajaran, bahwa meletakkan kepercayaan
harus berhati-hati. Dan ketika saat ini seseorang meletakkan kepercayaannya
padaku, aku akan berbagi, aku juga meletakkan kepercayaan padanya. Itulah sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar